"Untuk tahap awal, kami kembangkan dalam bentuk konstelasi," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin setelah membuka Konferensi Internasional Elektronika Dirgantara dan Penginderaan Jauh (Icares) 2018 di Kuta, Bali, Kamis.
Menurut dia, pengembangan satelit operasional itu dilakukan setelah rangkaian satelit mikro seri A berakhir diluncurkan yang merupakan seri eksperimen.
Dia menjelaskan, keputusan ini dengan mempertimbangkan banyaknya anggaran untuk membuat satelit berukuran besar dengan kisaran bobot 500-1.000 kilogram. Karena itu pihaknya mengubah strategi menuju pengembangan satelit operasional.
Strategi itu yakni meluncurkan beberapa satelit mikro dengan orbit masing-masing tetapi data bisa saling mendukung dan melengkapi atau disebut "konstelasi".
Ia mencontohkan, untuk pemantauan pergerakan kapal yang dicurigai melakukan penangkapan secara ilegal misalnya, "Agar pemantauan dapat dilakukan secara akurat dari jam ke jam maka memerlukan enam satelit berbarengan."
Selain untuk pemantauan kapal, satelit operasional di antaranya juga digunakan untuk pengamatan atau pemotretan sumber daya alam, dan lingkungan yang dilakukan lebih profesional dibandingkan satelit seri A.
Thomas mengungkapkan anggaran untuk satelit mikro relatif terjangkau seperti Lapan A-1 membutuhkan biaya sekitar Rp30-50 miliar, begitu juga seri A-2 dan A-3, di bawah Rp100 miliar.
"Satelit mikro relatif lebih murah dan juga jadwal peluncurannya relatif lebih cepat dibandingkan satelit ukuran besar," katanya.
Pengembangan satelit operasional, lanjut dia, saat ini menunggu peluncuran satelit seri A-4 yang dijadwalkan pada tahun 2020 dan seri A-5 tahun 2022.
Saat ini, untuk persiapan peluncuran satelit Lapan seri A-4 tinggal mengintegrasikan komponen pendukung dan koordinasi dengan pihak peluncur.
Thomas menambahkan sebelumnya satelit Lapan A-1 berbobot 57 kilogram diluncurkan pada Januari 2007 dengan ketinggian orbit polar sekitar 630 killometer dari permukaan bumi.
Satelit Lapan A-2 diluncurkan pada tahun 2015 di India dengan ketinggian orbit mencapai 505 kilometer dekat dengan garis ekuator.
Satelit yang disebut juga Orari berbobot 76 kilogram itu memuat transmiter radio amatir dan kamera untuk pemantauan permukaan bumi dan pendeteksi pergerakan kapal.
Selanjutnya, satelit seri A-3 berbobot 115 kilogram diluncurkan tahun 2016 pada ketinggian orbit polar 650 kilometer.
Satelit A-3 yang dilaksanakan dengan menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) itu dilengkapi kamera multispektra untuk pemantauan vegetasi perkebunan, pertanian dan hutan.
Satelit itu, kata dia, juga dilengkapi pemantauan kapal, pengukuran medan mangnet, dan komponen yang dibuat Lapan sendiri yakni pengendali pergerakan satelit agar tetap mengarah ke bumi.
Melalui konferensi para peneliti dan akademisi bidang keantariksaan itu, Lapan dapat berbagi pengalaman termasuk informasi terbaru terkait teknologi sensor dan wahana berbasis antariksa yang meliputi teknologi satelit mikro dan pesawat tanpa awak (UAV).
Selain itu juga komunikasi perangkat seluler di darat dan di laut, desain kontrol statistik wahana antariksa serta pengembangan penginderaan jauh gelombang mikro dan teknologi SAR.
Baca juga: Satelit Merah Putih Telkom diluncurkan dari Florida
Baca juga: Lapan libatkan ITS dalam pembuatan satelit baru LAPAN A5
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Dewanti Lestari
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Lapan kembangkan satelit operasional mikro"
Post a Comment